Jumat, 13 Juli 2012

Metro Pundu mencekam !

Genting,,, takut,, dan mencekam,,

Itulah suasana tempat saya tinggal sekarang dalam minggu-minggu ini. Seluruh masyarakat ketakutan akan adanya 'kerusuhan' yang berdarah,,,

Metro Pundu adalah nama tempat dimana saya tinggal sekarang, tepatnya di daerah Sampit, Kalimantan Tengah. Saya tinggal di perumahan perusahaan tempat saya kerja. Pada hari sabtu kemarin ada informasi akan ada demonstrasi besar-besaran oleh masyarakat terhadap perusahaan tempat saya bekerja. Dari 'isu' yang beredar dikalangan karyawan setidaknya sekitar 14 desa yang akan melakukan demonstrasi. Entah apa masalahnya tidak begitu jelas, tapi berdasarkan informasi dari karyawan dan beberapa atasan saya, ini menyangkut sengketa lahan kebun kelapa sawit antara masyarakat dan pihak perusahaan.

Berdasar pada pengalaman masa lalu, tahun 2000, saat terjadi konflik berdarah di Sampit, para karyawan khususnya pendatang merasa takut jika demonstrasi besar-besaran terjadi suasananya akan seperti tragedi Sampit. Karena tidak menutup kemungkinan akan ada beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab yang memperkeruh suasana memperlebar tujuan aksi demo, dari awalnya karena masalah ''lahan'' kemudian melebar ke masalah ''sara''. Belum lagi ditambah peristiwa konflik di Mesuji beberapa waktu lalu menambah kekhawatiran kami, karena kasus mesuji mirip dengan kasus disini. Karena itulah banyak dari kami yang keluar dari lingkungan perusahaan mencari tempat yang aman.

Situasi genting ini terjadi 2 kali. Pertama pada hari Senin kemarin, karena pada hari itu ada isu mereka pendemo) akan mendatangi perusahaan, yang semula akan dilaksanakan hari Sabtu (kemudian di undur hari Senin). Tapi Alhamdulillah tidak terjadi, karena pihak perusahaan bersama aparat pemerintahan serta keamanan melakukan negosiasi di Palangkaraya untuk menyelesaikan masalah ini.

Dan yang kedua, kemarin, hari Kamis. Yang kemarin sebenarnya informasinya tidak begitu jelas apakah demonstrasi akan terjadi atau tidak. Tapi tetap saja itu membuat sebagian besar karyawan khawatir, dan tak sedikit yang dari pagi-pagi pergi mengungsi mencari tempat yang aman. Hari kemarin suasana jadi genting dikarenakan berdasarkan informasi hari sebelumnya, bahwa pada hari Rabu adalah hari dimana terjadi kesepakatan antara pihak perusahaan dengan penduduk sekitar. Dan jika kesepakatan tidak terjadi, maka pada hari Kamis akan diadakan demonstrasi. Dan ternyata, berdasarkan informasi yang beredar di kalangan karyawan, tidak terjadi kesepakatan di kedua belah pihak. Karena itulah suasana kembali menjadi genting, mungkin hanya setengahnya karyawan yang masuk kerja, selebihnya mengungsi menyelamatkan diri dan keluarganya masing-masing.

Tapi Alhamdulillah, untuk yang kedua kalinya apa yang dikhawatirkan tidak terjadi. Tapi kami tidak tahu hari esok apa yang akan terjadi. Karena selama belum ada kesepakatan antara masyarakat dan perusahaan kemungkinan aksi demo tetap ada. Dan selama itu pula kami diselimuti kekhawatiran.

Kami hanya berharap perusahaan cepat menyelesaikan masalah ini agar kami para karyawan bisa bekerja dengan tenang. Tentu dengan cara-cara yang elegan, tidak semena-mena menggunakan uang dan kekuasaan. Jika ini hanya masalah kesalahfahaman, mudah-mudahan bisa secepatnya diluruskan. Jika karena ada ketidakadilan terhadap masyarakat, mudah-mudahan masyarakat mendapatkan keadilan (walaupun saya pesimis masyarakat akan mendapatkan keadilan).

Sebenarnya akar dari semua ini adalah karena ''birokrasi yang amburadul'' dikarenakan banyaknya ''aparat pemerintahan yang tamak''. Banyak aparat yang menggunakan kekuasaan dan ilmu mereka ''untuk menipu rakyat''. Akhirnya rakyat yang awam dengan hukum menjadi korban ''keserakahan'' para aparatur pemerintahan yang ''bermental korup''. Lihat kasus Mesuji, lihat kasus Bima, lihatlah kasus Papua, dan kasus daerah-daerah lainnya. Semua berawal dari aparat yang serakah. Mereka bermain dengan para pengusaha tanpa memperdulikan penduduk sekitar. Alasannya sih untuk memperdayakan penduduk sekitar,, tapi pada kenyataan,, penduduk kebanyakan hanya menjadi pekerja biasa. Menjadi kuli di tanah kelahiran sendiri.

Saya hanya bisa berdoa mudah-mudahan kelak lebih banyak lagi aparat pemerintahan yang bermoral, beretika, yang benar-benar bertanggungjawab melaksanakan kewajibannya. Sehingga peristiwa-peristiwa seperti ini, seperti di Mesuji, Bima, Papua dan lainnya tidak terulang lagi di masa datang. Walaupun ini terkesan mimpi, tapi kita tidak boleh berputus asa untuk mengharapkan kebaikan di masa yang akan datang.


Share this:

Related Posts
Disqus Comments