Jumat, 08 November 2013

Buah kenangan, dari Ksatria Baja Hitam hingga Saint Seiya


kenangan
(gambar dari sini)

Wilujeng wayahkieu sobat AlaSaya

Setiap orang pasti punya kenangan masa lalu, baik pahit maupun manis. Terkadang kita selalu teringat kenangan-kenangan kita dulu waktu kecil hanya karena sesuatu hal yang kembali mengingatkannya. Banyak hal yang bisa mengingatkan kenangan kita, rasa, warna, bentuk, nama, rupa, suara, dan lain sebagainya bisa menjadi pembangkit kenangan kita terhadap masa lalu.

Ada hal-hal yang membangkitkan kenangan kita berusaha kita hindari, dan ada juga yang berusaha kita dapatkan. Yang kita hindari biasanya yang mengingatkan kepada kenangan pahit, sementara yang mengingatkan akan kenangan biasa atau manis terkadang kita berusaha untuk mendapatkannya, bahkan mungkin kita menyimpannya agar kita selalu teringat akan kenangan tersebut.

Saya sendiri punya beberapa hal yang selalu mengingatkan masa lalu, dan beberapa berusaha saya simpan agar saya selalu teringat. Tentu yang saya simpan adalah yang berhubungan dengan kenangan yang baik, yang bisa membuat saya senyum ketika mengenangnya, yang bisa membuat saya lebih bersyukur, yang bisa membuat saya lebih bersemangat menjalani hidup ke depan. Dan terkadang kenangan itu membuat saya mendapatkan ide untuk memenuhi isi blog ini.

Ada salah satu kenangan yang saya miliki yang hingga sekarang masih saya ingat, Film anak-anak,,,,,,

Ada 2 film anak-anak yang masih terkenang sampai sekarang, 'Katria Baja Hitam' dan 'Saint Saiya'. Sampai sekarang, ketika saya browsing, dalam otak saya selalu saja ingin mengetik keyword 'ksatria baja hitam' atau 'saint saiya' di google. Walaupun terkadang saya merasa malu dengan umur, ''kok masih saja mencari-cari sesuatu yang berhubungan dengan kedua film tersebut''.

ksatria baja hitam
(gambar dari sini)

Ksatria Baja Hitam

Kalau saya gak salah, dulu ini ditayangin di RCTI, saya lupa tahun berapa pertama kali muncul. Yang masih saya ingat dari film ini adalah nama alias dari ksatria baja hitam, namanya 'Kotaro Minami' yang diperankan oleh orang yang bernama 'Tetsuo Kurata'. Selain itu saya masih ingat nama-nama lain dari ksatria baja hitam ini, seiring episode berjalan, model kostum dan namanya pun ada perubahan, tetapi tidak meninggalkan bentuk asli model dan namaya. Perubahan ini seiring dengan kekuatan musuh yang semakin meningkat atau mungkin karena mutasi yang diakibatkan tempat dan waktu ( entahlah,,, saya bukan penulisnya,,, ). Mulai dari 'Ksatria Baja Hitam biasa', kemudian berubah menjadi 'Ksatria Baja Hitam RX', kemudian berubah lagi menjadi 'Ksatria Baja Hitam Robo' dan 'Ksatria Baja Hitam Bio' ( saya lupa Robo dulu atau Bio dulu ). Perubahan nama diiringi dengan perubahan model kostum, yang lebih kentara terlihat pada seri 'Robo' dan 'Bio'. Robo lebih kaku pakainya, dan lebih menampakkan sosok robot. Sementara bentuk kostumnya 'Ksatria Baja Hitam Bio' masih langsing kelihatan fleksibel seperti 'RX' dan pendahulunya. Yang membedakan adalah kostum yang memiliki warna ungu dan bisa berubah menjadi sesuatu seperti cairan (entahlah saya lupa) sehingga bisa memasuki celah kecil.

Nah itulah sedikit yang masih saya ingat dengan film 'Ksatria Baja Hitam', yang unik dari film ini adalah gerakan ritual transformasi dari manusia ke Ksatria Baja Hitam.

saint seiya
(gambar dari sini)

Saint Saiya

Yang satu ini adalah film animasi. Tidak seperti Ksatria Baja Hitam yang asli manusia. Ada 5 karakter yang saya sangat sukai dari film ini. Seiya, tokoh utama, paling gigih berjuang, dengan senjata andalanya Meteor Pegasus. Iki phoenix, saya sangat suka kostum dan kekuatannya dengan senjata andalannya 'Phoenix Mengamuk'. Sun Andromeda, adiknya Iki, denga senjata andalannya 'Rantai Nebula', yang bisa mendeteksi dimana musuh berada. Hyoga, dengan senjata utamanya 'Debu-debu Intan'. Shiryu, lebih kalem dan bijaksana, dengan kekuatan utamanya 'Naga Hijau Mendaki Gunung'.

Pelajaran yang saya ambil

Apa sih pelajaran yang saya ambil dari kedua film di atas ?

Sebenarnya sangat sedikit pelajaran yang saya ambil dari kedua film tersebut, hanya 'semangat berjuang' saja yang bisa saya ambil pelajarannya. Kedua film tersebuat hanya membangkitkan kenangan,. Dan kenangan itulah yang membangkitkan sebuah pikiran kekhawatiran dan harapan.

Kedua film ini mengingatkan saya ketika masih kecil, ketika masih SD/SMP. Dimana teknologi informasi masih terasa asing. Waktu itu yang memiliki TV masih bisa di hitung. Dalam 1 RT paling cuma 1 orang yang punya, itu juga TV hitam putih. Adapun tekhnologi informasi yang dipunyai baru sebatas radio saja, itupun masih analog, harus mutar-mutar tunner untuk mendapatkan frekwensi saluran radio.

Itu 20 tahun yang lalu, kini suasana kampung halaman jauh berubah. Teknologi informasi sudah menyebar ke segala pelosok, televisi sudah serba digital, pake remote, radio sudah serba digital tinggal tekan tombol, handphone hampir tiap rumah punya, walaupun kebanyakan masih merk Nukieu dan hp cina. Dan itu barang-barang yang kebilang cukup mahal.

Entah kenapa jaman dulu jarang sekali orang yang punya televisi, apakah karena pemasarannya yang tidak menyebar rata ? Ataukah tidak terlalu mementingkannya ? Ataukah memang tidak sanggup beli ?

Dan sekarang hampir semua orang punya. Apakah karena sudah dirasa penting ? Ataukah memang daya beli masyarakat yang sudah terjangkau ? Ataukah memang memaksakan demi anak ? Atau mungkin karena gengsi atau ego ?

Jika saya teringat semua itu, saya selalu tersenyum, betapa 'kampung banget' tempat saya tinggal dulu. Dan betapa susahnya kehidupan jaman dulu. Kini semua berbeda, segala hal sudah masuk ke kampung halaman, teknologi informasi sudah merata, ini membawa efek positif terhadap masyarakat. Masyarakat lebih merasa penting terhadap yang namanya pendidikan pada kaum wanita, dulu, hanya laki-laki yang disekolahkan tinggi-tinggi, dan wanita hanya sampai SD atau paling tinggi SMP saja. Ada sebuah kalimat yang selalu diungkapkan oleh orang tua dulu ,,, ''Setinggi apapun wanita sekolah, pada akhirnya akan ke dapur juga'',,,. Karena kalimat inilah para orangtua merasa mubazir / hanya membuang-buang uang saja jika menyekolahkan anak wanitanya. Tapi setelah teknologi informasi masuk, mereka kini merasa bahwa anak wanita tidak boleh kalah dengan anak laki-laki dalam hal memperoleh pendidikan formal.

Namun, dibalik pengaruh positif, teknologi informasi juga membawa pengaruh negatif. Ketika televisi masih sangat jarang, anak-anak sibuk belajar dan ngaji. Setelah televisi masuk merata, mereka lebih asik terlena di depan televisi. Selain itu, arus budaya barat pun yang masuk melalui media televisi, tidak bisa terbendung lagi. Pola hidup masyarakat yang dulu agamis, sekarang semakin terkikis beralih menjadi individualis dan materialis. Sekarang, orang-orang berlomba untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat materi, dan hanya sedikit yang berlomba untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat rohani. Prioritas pendidikan pun sudah jauh bergeser, dari pendidikan nonformal, seperti pesantren, beralih lebih memprioritaskan pendidikan formal, sekolah umum, yang ujung-ujungnya demi kebutuhan materi.

Gaya berpakaian pun sudah sangat jaaaauuuhhh berubah, tapi sayang bukan berubah menuju kemajuan, malah kemunduran. Dulu, kaum wanita berpakain sangat rapi dan menutupi seluruh tubuh, sedikit saja auratnya terbuka, mereka pasti merasa malu yang teramat sangat. Adapun yang berpakaian serba ketat, maka nilai buruk lah yang akan dia dapatkan dari masyarakat. Tapi kini, hampir sebagian besar kaum wanita, khususnya remaja-remaja tanggung, berlomba-lomba memamerkan auratnya, mereka berlomba-lomba memamerkan lekuk tubuhnya. Ini serasa kembalu ke jaman jahiliyah, jaman cleopatra, jaman dimana negeri ini masih dijajah belanda. Dimana wanita hanya memakai pakaian seadanya, hanya sekedar menutupi dada dan sekitar paha.

Adapun dikalangan kaum pria, yang seharusnya mereka menjadi pemimpin di masa depan, pelan tapi pasti, semakin hilanglah 1 hal yang diperlukan mereka untuk menjadi seorang realllll pemimpin. Yaitu moral, akhlak, yang mana hal ini hanya bisa didapatkan di pendidikan agama, yaitu di pesantren. Memang, di sekolah umum pun diajarkan tentang agama (yang mana didalamnya terdapat pendidikan moral), tapi coba kita lihat kembali, berapa persenkah pendidikan agama di ajarkan di sekolah ?. Saya masih ingat, ketika saya sekolah SMP sampai SMK, hanya 2 jam dalam seminggu pendidikan agama diberikan. Selebihnya, adalah pendidikan umum, yang sekali lagi saya katakan, ujung-ujungnya semua itu demi materi.

Benarkah pendidikan umum hanya demi materi ???

Coba kita renungkan. Ketika kita memasukkan anak kita ke pesantren, apa tujuan kita sebenarnya ? Ya, agar anak kita menjadi anak yang berakhlak, baik, dan selamat dunia akhirat.

Lalu, ketika kita menyekolahkan anak kita ke sekolah umum ? Apa tujuan/harapan utama kita ? Ya, agar kelak mereka mendapatkan pekerjaan yang layak. Berbicara masalah pekerjaan, maka kita berbicara masalah materi.

Faktor moral/akhlak, merupakan salah satu yang terpenting dalam diri seorang pemimpin, dan seorang pria diciptakan untuk menjadi seorang pemimpin. Jika sebuah keluarga dipimpin oleh kepala keluarga yang tidak bermoral, maka hanya kehancuran lah yang akan didapatkan keluarga tersebut. Dan jika sebuah negara dipimpin oleh kepala negara yang tidak bermoral, maka hancurlah negara tersebut.

Lihatlah negeri kita sekarang ini, korupsi dimana-mana, ini adalah bentuk hilangnya moral pemimpin kita. Mirisnya, banyak dari para koruptor ini adalah beragama Islam, entah karena mereka dulu tidak pernah belajar agama, atau karena pikiran mereka sudah terkontaminasi oleh yang namanya 'Materialisme'.

Entahlah,,,,,,

****

Seperinya tulisan ini terlalu jauh melebar, dan serasa sama sekali tidak nyambung dengan judulnya,,, heh,,,.

Gak apalah, yang penting intinya saya hanya ingin berbagi perasaan saya kepada sobat. Karena itulah tujuan utama blog ini dibangun.

Semoga ada setitik manfaat yang bisa sobat-sobat ambil dari tulisan saya ini,,, Wilujeng kasadayana,,,,,

Share this:

Related Posts
Disqus Comments