Sabtu, 28 Desember 2013

Saya kuli bangunan. Terimakasih Ya Allaah

kuli bangunan
(gambar dari sini)


Assalamu 'alaikum,,,

Wilujeng wayahkieu sobat pengunjung,,, :)

Duduk sendiri di teras rumah ditemani gemericik air hujan yang jatuh menimpa kolam ikanku yang berukuran 2m x 2m x 1m, tak hentinya mataku memperhatikan para kuli bangunan yang mondar-mandir membawa pasir. Tampak lelah tubuh mereka, hitam legam kulit mereka, kucel dan dekil pakaian mereka. Walaupun hujan terus turun mereka tetap bekerja. Pakaian mereka terlihat basah, karena air hujan bercampur keringat. Mereka tetap bekerja untuk menunaikan tanggung jawab mereka.

Sudah sekitar 2 mingguan mereka bekerja di sekitar perumahan perusahaan tempat saya tinggal, mereka sedang mengerjakan proyek drainase perumahan (selokan). Walaupun mereka hanya tinggal di sebuah barak yang ditutupi terpal, yang jika hujan terkadang air masuk ke dalam barak mereka, tapi tetap bertahan menyelesaikan tanggung jawabnya, dan yang pasti demi kebutuhan mereka.

Sejenak akupun teringat masa lalu ketika aku seperti mereka. Betapa 'menderitanya' menjadi seorang kuli bangunan. Aku pernah merasakan keringat bercampur air hujan, tidur di barak yang beratap dan berdinding terpal, tidur beralaskan kantong semen, badan penuh dengan lumuran pasir dan semen, dan yang paling parah, sudah kerja cape-cape, pemborongnya kabur membawa lari uang gaji kami. Dan banyak lagi,,,

4 tahun saya kerja sebagai kuli bangunan, dikarenakan betapa susahnya mencari pekerjaan yang diharapkan. Ngelamar kesana-kesini gak ada yang lolos. Dan entah berapa juta uang yang sudah dihabiskan untuk mencari pekerjaan yang diharapkan. Tapi tak kunjung jua didapatkan.

Sayapun terpaksa kerja sebagai kuli bangunan karena kebutuhan dan karena 'HARGA DIRI'. Karena seorang laki-laki hanya akan punya harga diri jika dia punya pekerjaan (halal). Walaupun sebenarnya orangtua tidak mau saya menjadi seorang kuli bangunan (itulah kenapa mereka menyekolahkan saya), bukan karena masalah image di mata orang lain, toh kuli bangunan itu bukanlah kerjaan yang jelek, tetapi lebih dikarenakan betapa susahnya menjadi seorang kuli banguanan, itulah yang dirasakan oleh orangtua saya, bapak saya, dari remaja sampai tua sampai bisa menyekolahkan saya, Beliau menjadi seorang kuli bangunan, dan Beliau tidak ingin anak-anaknya mengalami nasib sama.

Kini, saya kerja di sebuah perusahaan, masih sebagai seorang kuli, tapi pekerjaannya sesuai dengan harapan saya dan orangtua. Jauh lebih nyaman dibanding sebagai kuli bangunan, sangat jauh,,,. Tidak perlu hujan-hujanan, tidak perlu berlumurkan pasir dan semen, tinggal diperumahan, dan status sebagai karyawan tetap, yang diperlukan hanya memegang pensil dan komputer.

Alhamdulillaah,,,

Tapi meskipun kerjaan sekarang jauh lebih nyaman, saya tidak pernah melupakan masa-masa ketika menjadi seorang kuli bangunan. Karena masa-masa itulah yang bisa membuat saya untuk selalu berusaha menunaikan tanggung jawab pekerjaan yang sekarang ini sebaik-baiknya.

Terimakasih Ya Allah, Engkau telah memberikan pekerjaan sebagai kuli bangunan, sehingga saya bisa lebih menghargai pekerjaan yang sekarang ini.

Wilujeng,,,, Wassalam,,,

Share this:

Related Posts
Disqus Comments