Wilujeng wayahkieu sobat blogger ponsel,,
Beberapa hari yang lalu saya pergi ke sebuah warung dekat rumah saya. Disana saya menemukan ada seorang ayah sedang mengajari anaknya cara berhitung. Si Ayah membentak-bentak anaknya karena salah terus dalam menyabutkan angka. Mungkin dia saking jengkelnya sehingga memaki-maki anaknya.
''masa satu tambah tujuh aja kamu gak tahu ,,,!!'' bentak si Ayah sama anaknya..
''otakmu itu bodoh banget ,,,!!!'' lanjutnya dengan nada membentak,,
Si anak itupun hanya terdiam, tidak menangis, tapi dia tidak mau menuruti kata Ayahnya itu.
Melihat keadaan seperti itu, saya merasa kasihan dengan anak tersebut. Bagi saya cara mengajar seperti itu ''SANGAT SANGAT SALAH,,''. Saya mau bilang sama ayahnya kalau cara mengajar seperti itu adalah salah, tapi saya gak berani ngomong takut saya disebut menggurui karena saya belum menjadi seorang ayah (alias belum menikah).
Lalu bagaimana saya berani berpendapat bahwa cara mengajar seperti itu adalah SALAH ? Padahal saya belum punya anak ?
Alhamdulillah,, bukan bermaksud sombong (naidzubillah,,,, mudah-mudahan saya dijauhkan dari sifat sombong,,,), sudah beberapa tahun ini saya di kasih kepercayaan oleh para orangtua di sekitar saya, dan merupakan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah subhanahu wata'ala, saya mengajar ngaji beberapa anak. Saat mengajar saya menemukan beberapa anak dengan karakter yang berbeda-beda. Ada yang mudah menangkap apa yang diajarkan, ada yang lambat, ada yang susah dalam melafalkan huruf/ayat, ada juga yang susah melafalkan ayat tapi mudah dalam mengingat dan sebaliknya, dan lain-lainnya.
Dari pengalaman saya inilah, maka pada artikel kali ini saya ingin berbagi beberapa tips mengajar anak kepada sobat semunya, mudah-mudahan bermanfaat.
1. Rajinlah membaca dan menulis di depan anak-anak
Sobat semua pasti tahu, bahwa anak kecil yang berada dalam masa perkembangan, mereka melakukan sesuatu sesui apa yang mereka lihat dan dengar. Semua keponakan saya yang tinggal dekat saya suka sekali menulis. Itu salahsatunya dikarenakan ketika saya masih sekolah, dirumah saya sering menulis. Saya berasal dari keluarga 'kurang mampu', jadi ketika teman-teman saya membeli buku paket pelajaran, saya tidak sanggup membelinya. Agar tidak ketinggalan, saya pun selalu meminjam buku paket teman-teman saya dan menyalinnya ke dalam buku tulis. Bahkan ketika saya sanggup membeli pun, saya suka menyalin kembali ke buku, karena saya merasa dengan menulisnya kembali saya lebih mudah memahaminya dibanding hanya membacanya. Dan kebiasaan menulis itu sering dilihat oleh keponakan-keponakan saya waktu mereka masih kecil. Bahkan saking penasarannya, terkadang mereka ikut-ikutan tulas tulis walopun hanya sekedar coretan gak karuan. Dan itu saya biarkan. Dari situlah, sampai sekarang keponakan saya suka sekali menulis dirumah, dan itu menurun ke adik-adik mereka, karena adik merekapun memperhatikan kakaknya waktu menulis.
Ketika kecil, ibu saya, sehabis isya, suka sekali membacakan cerita kelahiran Rasulullah sollallahu 'alaihi wasallam, dan kami (saya dan kakak-kakak saya sering mendengarkannya). Dari situlah, sampai sekarang saya suka sekali membaca, dan pada akhirnya saya bisa berbagi dengan sobat-sobat semua melalui media blog ini.
2. Sabar dalam mengajar
Seorang anak kecil, tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang boleh dan mana yang tidak. Mereka akan tahu jika diberitahu. Dan proses dari diberitahu sampai tahu itu tidak berlangsung cepat. Perlu waktu untuk mereka bisa mengerti bahwa itu salah dan itu benar, itu boleh dan itu tidak. Lalu siapakah yang berkewajiban memberitahu mereka ? Tentu kitalah sebagai orangtuanya. Disinilah kesabaran kita diuji dalam mendidik anak untuk menjadi orang yang ngerti/tahu.
Selain itu, masa anak-anak adalah masanya bermain. Kalau kata pak Mario Teguh:'PEKERJAAN ANAK KECIL ITU, YA BERMAIN,,,''. Jadi kalau ada orang tua yang memarahi anaknya yang masih kecil, ''KAMU ITU KERJANYA MAIN-MAIN AJA ,,!!''... Maka sesungguhnya orangtua itu gak tahu bahwa kerjaan anak kecil itu hanya bermain.
Dalam mengajar anak kecil, tidak seperti mengajar orang dewasa. Orang dewasa, ketika belajar, mereka akan serius duduk terdiam memperhatikan dan mendengarkan pengajarnya. Tapi jangan mengharapkan itu terjadi pada anak kecil. Jangan mengharapkan sikap 'serius' dari anak kecil ketika mereka belajar. Ketika kita mengajar anak kecil, kita pasti akan mendapatkan, terkadang mereka bermain-main ditengah proses belajar tersebut. Dan pasti kebanyakan dari pengajar akan sangat jengkel dengan sikap anak tersebut.
Lalu apa yang harus kita lakukan ketika mereka bermain ditengah waktu belajar ?
Tentu kita harus menegurnya. Tapi dengan kata-kata yang lembut dan halus, jangan sekali-kali menegur dengan nada yang kasar. Karena mereka pasti down, lebih parah, mereka pasti nangis. Kalau udah kayak gitu, apa yang mereka bisa serap ??
Pengalaman saya ketika mengajar. Saya menemukan seorang anak yang sangat susah dalam melafalkan huruf. Tapi saya terus membimbingnya dengan kesabaran. Dan Alhamdulillah, sekarang dia lancar dalam membaca. Dan saya sangat puas, senang, dan terharu. Ada kebahagiaan tersendiri ketika anak didik menjadi orang yang 'bisa'.
3. Jangan pernah membanding-bandingkan anak sendiri dengan anak orang lain dengan maksud merendahkan.
Banyak orang tua yang saya rasa salah dalam mengajar. Mereka suka membanding-bandingkan anaknya dengan anak tetangganya, karena anak tetangganya lebih pintar.
Contoh perkataan orang tua yang sering saya temui, '' KAMU TUH NILAIMU CUMA 6 TERUS,, LIHAT TUH SI UDIN, SI MIMIN , SI ICIH,,, MEREKA DAPAT NILAI 8 TERUS,,!!,,
Tahukah bahwa perkataan seperti itu sangat menyakitkan ????
Si anak bukannya mikir tapi malah jadi berontak. Walaupun mereka masih anak kecil, tapi mereka juga punya perasaan.
Jika pun ingin membanding-bandingkan dengan orang lain, bandingkanlah dengan orang-orang yang layak menjadi contoh. Misal dengan pak Habibie, Jendral Sudirman, seorang Kiyai, dan sebagainya yang menjadi suri tauladan oleh masyarakat. (tapi untuk umat islam, tentu Rasulullah sollallahu 'alaihi wasallam lah yang pantas menjadi suri tauladan utama). Dengan begitu, si anak tidak akan merasa dibanding-bandingkan atau direndahkan, tapi dia akan menjadi semAngat. Mereka pasti akan bertanya, siapa sih Pak Habibi itu ? Lalu kita terangkan siapa beliau. Tapi ingat, jangan diharuskan si anak agar menjadi apa yang kita inginkan. Biarkanlah dia menjadi apa yang disukainya, selama itu tidak bertentangan dengan hukum.
Inilah yang dulu sering di ucapkan oleh ibi saya,,, ''SUP,, KALAU UDAH BESAR KAMU HARUS MENJADI SEPERTI PAK HABIBI YA,,,!'',,,
Sehingga ketika sekolah saya menjadi semangat.
4. Kasih reward/hadiah
Dalam dunia blog, reward/award/hadiah/penghargaan cukup berpengaruh terhadap perkembangan sebuah blog. Biasanya, blog yang tadinya gak terlalu dipedulikan oleh pemiliknya, setelah mendapat penghargaan/hadiah entah dari siapapun, maka si pemilik akan kembali bersemangat untuk mengurus blognya kembali. Hadiah juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan seorang anak. Hadiah bisa menjadi motivasi buat mereka. Berikanlah hadiah untuk mereka, walaupun untuk sesuatu yang kecil yang mereka lakukan. Misalkan, si anak bisa baca 'basmallah',, maka berikanlah dia hadiah, minimal pujian untuknya.
Dalam mengajar, terkadang saya memberikan hadiah kepada anak-anak. Misal, saya menyuruh mereka menghafalkan sebuah surah dalam jangka waktu seminggu, dan siapa yang sanggup menghafalnya dalam jangka waktu tersebut, maka dia akan mendapatkan hadiah. Tapi yang dapat bukan hanya yang sanggup menghafal semuanya, tetapi juga yang baru hafal setengah surah pun dapat hadiah, cuma kadar hadiahnya aja yang berbeda. Dan hasilnya, anak-anak pun jadi lebih semangat.
5. Mengajar sambil bermain
Seperti yang telah saya paparkan di atas. Bahwa masa anak-anak adalah masanya bermain. Hampir disetiap waktunya aktivitas mereka adalah bermain, kacuali tidur aja yang serius,,hehe,,,
Bahkan dalam belajarpun pasti diselingi dengan bermain. Maka dalam mengajarkan sesuatu, modifikasi sedemikian rupa sehingga bagi si anak itu adalah sebuah permainan. Salah satunya adalah dengan membuat tebak-tebakan, dan percayalah, mereka sangat suka itu.
Dalam mengajar, saya sering memberikan tebak-tebakan pada anak-anak. Dan hasilnya, setiap kali mulai belajar mereka selalu minta tebak-tebakan lagi. Mereka selalu bilang,,''MANG YUSUP,, TEBAK-TEBAKAN LAGI DONG,,,,!!'',,, Tentu tebak-tebakannya yang berhubungan dengan materi pelajaran. Siapa yang lebih dulu / bisa menebak dengan benar, maka dia yang pertama saya 'wuruk' (ajari membaca huruf hijaiyah), atau dialah yang pertama kali bisa pulang. Tapi jangan lakukan tiap hari ya, karena ini bisa berdampak negatif pada anak yang kurang cekatan dalam menebak, alhasil mereka malah jadi malas untuk ikut belajar lagi, karena malu atau terus-terusan mendapat giliran terakhir.
Sekali-sekali bercandalah dengan mereka, agar suasananya tidak terlalu kaku. Karena anak kecil akan cepat bosan jika terlalu serius.
****
Itulah beberapa tips mengajar anak sesuai yang saya alami. Sebenarnya cara tersebut mencontoh guru-guru dan orangtua saya dalam mengajar saya dulu. Dan saya terapkan itu sekarang dalam mengajar. Sebenarnya masih banyak tips-tips lainnya. Cuma kalau ditulis semua disini malah bisa membuat sobat jadi bosan membacanya nantinya.
Tapi menurut saya, yang paling utama yang harus ditekankan adalah kesabaran, ketelatenan dalam mengajar, dan perhatian yang penuh terhadap mereka. Perkara mereka jadi pintar atau tidak, itu adalah Kuasa Allah subhanahu wata'ala. Kita sebagai orang tua/guru hanya berkewajiban 'mengajarkan' apa yang harus diajarkan.
Semoga bermanfaat,, jika ada yang ingin menambahkan, silahkan cantumkan di komentar ,,
Wassalamu 'alaikum warohmatullohita'ala wabarokatuh,,,