Banyak yang bilang, dijaman sekarang ini orang jujur hidupnya akan sengsara, tertindas, dan tersingkirkan. Memang benar, kata-kata itu bukanlah ucapan yang tak berdasar. Di jaman sekarang jadi orang jujur sungguh menyakitkan. Banyak yang menjadi korban karena dia jujur. Ya, mungkin semua itu terjadi karena begitu langkanya orang yang jujur, dan begitu berlimpahnya bumi ini dengan para pendusta. Kalu kita menonton berita di televisi, hampir setiap hari kita kita disuguhi berita-berita yang isinya penuh dengan kebohongan, walaupun banyak yang fakta, dan banyak juga yang samar-samar ( tidak jelas fakta atau dustanya).
Kita munkin sering bertanya-tanya , 'masih adakah kejujuran di negeri ini? Mengingat fakta yang sering kita lihat dan kita dengar, kebanyakan adalah kebohongan. Terungkapnya-kasus per kasus di negeri ini menunjukkan bahwa begitu banyaknya praktek-praktek kebohongan di negeri ini. Banyak orang-orang yang pendidikan menutupi kebohongan mereka dengan berbagai cara. Mereka suap hakim agar dia tidak dihukum. Suap jaksa agar ringan tuntutanya. Melempar batu sembunyi tangan. Lemparkan tuduhan kepada orang lain. Atau memunculkan isu-isu yang lain agar perhatian orang berpindah dari dia.
Kekuasaan, kedudukan yang tinggi, ketenaran, uang. Itulah yang mereka kejar. Dengan cara apapun mereka lakukan untuk mendapatkan semua itu. Termasuk dengan menanggalkan sifat kejujuran.
Pernah seorang guru berkata kepada saya,'' Jika kamu tidak ingin korupsi, janganlah masuk institusi pemerintah''.
Guru ini adalah seorang kepala yayasan yang membawahi beberapa sekolah. Dia menceritkan ihwal apa saja yang terjadi di Dinas pemerintahan yang terkait dengan bidangnya. Dia menceritakan ihwal tender buku paket sekolah yang penuh dengan praktek korupsi dan kolusi. Tentu ini bukan mengindikasikan bahwa institusi pemerintahan adalah sarangya korupsi. Tapi ini lebih menunjukkan bahwa betapa menyabarnya budaya ketidakjujuran di berbagai lini kehidupan di negeri ini. Termasuk institusi pemerintahan.
Ada juga seorang teman, da bekerja di sebuah institusi pemerintah yang mengurusi kasus-kasus. Dia menceritakan kalau dia bisa dapat uang banyak jika ada kasus yang ditanganinya. Dia bisa menjadikan kasus yang berat menjadi ringan ( walaupun tidak semua kasus). Dari ceritanya ini; sekarang mungkin dia bisa dinamakan sebagai makelar kasus. Ini juga menunjukkan adanya praktek kebohongan yang terjadi di institusi pemerintah.
Contoh lain adalah yang saya alami sewaktu saya ikut menjadi tim sukses seorang calon bupati dari partai tertentu sekitar 4 tahun yang lalu. Disitulah pertamakali saya belajar berorganisasi dan belajar berpolitik. Dan disitu pula saya menemukan pelajaran cara 'menanggalkan kejujuran'. Hampir setiap hari saya melihat dan mendengar praktek korupsi. Malahan, begitu jeleknya orang-orang yang terjun di dunia politik di mata orang awam, sayapun terkena imbasnya, dalam beberapa hal sayapun dianggap sebagai pembohong. Karena itu, sejak saat itu saya memutuskan untuk tidak mau lagi terjun di dunia politik. Ditambah perkataan teman saya yang juga pengurus partai dan menjabat sebagai sekjen waktu itu dia mengatakan, '' Dunia politik lebih kejam dari dunia perang. Politik bisa 'membunuh' siapa saja. Termasuk keluarga ''.
Dari beberapa contoh diatas saya bisa melihat betapa banyaknya praktek-praktek ketidak jujuran di negeri ini. Dan masih banyak lagi contoh yang lainya.
Masih adakah tempat untuk orang jujur?
Saya teringat sebuh ungkapan dari motivator ternama negeri ini, Mario Teguh, '' Seorang bos mafia sekalipun, dia butuh orang jujur ''.
Kata 'mafia' sering kita dengar biasanya identik dengan suatu kumpulan/organisasi yang berkecimpung didunia kejahatan. Perkataan mario teguh di atas menunjukkan posisi orang jujur itu masih diperhitungkan, masih punya tempat. Untuk mengolah/mengatur keuanganya, seorang bos mafia ( pemimpin penjahat) membutuhkan orang yang jujur untuk memegang amanah tersebut.
Jadi, jangn takut untuk menjadi orang jujur. Jangan takut kita tidak akan mendapatkan kedudukan karena menjadi orang yang jujur. Penjahat sekalipun membutuhkan orang yang jujur, apalagi orang yang baik. Teramat disayangkan jika hanya demi kedudukan, jabatan, ketenaran, pengaruh, uang, di dunia ini kita korbankan kejujuran. Padahal semua itu hanya bersifat sementara, jika kita mati, gak ada satupun yang dibawa, kecuali amal kita.
Dan mari kita perhatikan, para pejabat yang meraih jabatanya dengan cara menanggalkan kejujuran mereka, pada akhirnya mereka mendapatkan kerugian yang sangat besar. Hidup mereka berakhir di bui, atau dirumah sakit karena penyakit strooke. Hartanya disita, dan dimata masyarakat mereka tidak lebih baik dari sampah. Dan yang menyedihkan, keluarganya yang tidak tahu apa-apa ikut juga menaggung akibatnya. Mereka, keluarganya, menjadi bahan ejekan masyarakat.
Ingatlah, semakain langka sebuah benda, maka semakin banyak orang mencarinya. Dan semakin mahal pula harganya. Bukankah kejujuran itu juga sesuatu yang langka??
Kejujuran membawa kita kedalam ketenangan dan kebahagiaan. Orang yang hidupnya penuh dengan kebohongan, sepanjang hidupnya akan dihantui oleh kebohonganya sendiri. Seluruh hari-harinya akan diselimuti ketakutan. Takut jika kebohonganya terbongkar. Sementara orang jujur, hidupnya terasa ringan.